Itulah
sebabnya kita harus memakai pikiran Kristus supaya kita mengetahui manakah
kehendak Allah, yaitu apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang
sempurna. Dengan memakai pikiran kita sendiri, kita tidak akan tahu kehendak
Allah. Kita mungkin kita mempunyai sebuah pendapat yang baik tetapi itu hanyalah
good
idea dan bukan God’s idea.
Dalam keadaan
seperti ini, manusia sulit membedakan; mana yang merupakan kehendak Tuhan dan
mana yang bukan dari Tuhan. Akhirnya, keputusan yang diambil pun bukan
keputusan berdasarkan kehendak Tuhan, melainkan kehendak diri sendiri. Ini juga
yang ditekankan oleh gembala sidang kita bahwa “Kalau kita mau mengetahui kehendak Allah, pakailah pikiran Kristus! Untuk
bisa memakai pikiran Kristus, kita harus dipenuhi Roh Kudus. Pada waktu kita
percaya Yesus, Roh Kudus ada di dalam kita dan memeteraikan kita, selanjutnya
kita harus meningkatkan kepenuhan Allah Roh Kudus di dalam diri kita”.
Seruan untuk
tidak meletakkan kehendak diri sendiri atau pikiran sendiri di atas kehendak
Tuhan, disampaikan oleh Rasul Paulus dalam Roma 12:2 “Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah
oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah:
apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna”.
Hal itu
berkaitan dengan “kebaikan; bahkan keselamatan manusia”, apabila dengan “baik-baik” mendengarkan Tuhan
mengenakan pikiran Kristus maka pasti mengerti kehendak Tuhan dan
itu akan membawa hidup kita ke posisi “berkenan
kepada Allah”.
Mungkin ada
yang masih ingat dengan salah satu pesan gembala sidang kita, baik pada waktu
doa pengerja maupun melalui pastor message setiap minggunya di tahun lalu bahwa
“jangan hidup dengan mengikuti cara-cara
dunia atau system dunia, baik usaha/bisnis, rumah tangga, dan lain-lain”. Pesan
ini senada dengan pesan Rasul Paulus dalam Roma 12:2 pada kalimat “jangan kamu menjadi serupa dengan dunia
ini”.
Dalam teks
aslinya, kita mendapati istilah ini berarti “zaman,
tatanan dunia” dengan sifatnya yang “jahat”.
Ini berarti pola pikir dunia dan cara hidup dunia. Cara hidup seperti ini tidak
mungkin dapat “membedakan mana kehendak
Allah” dan “mana kehendak dunia”
sebab “mata hati” telah dibutakan
oleh ilah-ilah zaman ini.
Semua perbuatan
daging yang disebutkan di sini, berpusat di “hati”.
Jadi berhati-hatilah dengan “hati”. Ada
tanggung-jawab yang harus diemban oleh kita yakni “menjaga hati”.
Pembaharuan budi
juga searti dengan harus “bertobat”. Untuk
dapat membedakan kehendak sendiri dan kehendak Allah adalah “hati yang bersih” sama dengan “hati yang terus dibaharui” dari “sehari ke sehari”. Dari Roma
12:2 dan Amsal 4:23, Alkitab mengajarkan kepada kita untuk hidup di
dalam hati yang bersih atau benar, sebab itulah yang dapat membuat kita
mengerti kehendak Allah sehingga dari dalamnya akan terpancar ‘kehidupan’. Sebaliknya dari “hati yang tidak beres/kotor” tentu akan
terpancarkan “kematian”- bukan “kehidupan”.
Seperti apakah
indikasi dari adanya hati yang kotor?
Perhatikanlah kata-kata,
apakah menyakitkan ataukah membangun; perhatikanlah sikap, apakah membenci dan
mengumpat atau mengampuni, bertengkar ataukah berdamai, apakah memecah belah
ataukah unity, adakah sikap
menyombongkan diri atau rendah hati. Semuanya ini dapat di denganr dan dilihat.
Tidak ada yang tersembunyi, baik hati yang telah dibaharui maupun yang belum.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar