Terima kasih Tuhan atas kasih-Mu
yang begitu besar buat aku.
Sungguh aku mau dibentuk seperti
bejana yang indah di mata-Mu. Mungkin aku rapuh, tapi Engkau dapat memulihkan
seorang Nila menjadi seorang yang kuat, memiliki iman dan penuh pengharapan
sama Tuhan.
Semua hal yang aku lakukan beberapa
hari yang lalu, aku percaya bukan suatu kebetulan. Rencana-Mu yang membuat aku
mendengar, membaca dan mengerti.
Saat aku terdiam untuk beberapa saat
dan aku hanya bisa mengadu dihadapan-Mu apa yang menjadi pemikiranku selama
ini. Seperti tidak ada orang lagi yang dapat aku andalkan selain Engkau.
Tapi beberapa hal yang telah Tuhan
beritahu melalui video yang aku tonton, aku belajar untuk merendahkan hatiku di
hadapan Tuhan serendah-rendahnya sampai orang dunia pun tidak dapat merendahkan
aku.
Lewat pertemuan Menara Doa with
Pastor, aku merenungkan 2 hal:
1.
Aku sudah
lama sekali tidak di jamah oleh-Mu, Bapa. Kalau aku bertemu dengan-Mu of course ada perubahan dalam hidupku,
bagaimana cara aku berpikir dan menentukan prioritas yang tepat dalam hidupku.
2.
Aku sudah
tidak memiliki roh yang takut akan Tuhan sehingga aku menimbulkan keonaran di
mana-mana.
Aku juga diingatkan bahwa saat ada
pengkoreksian, artinya ada perhatian dan kasih sayang di dalamnya.
Buku yang aku terima sebagai hadiah
saat ulang tahunku kemarin, juga menguatkan aku untuk mengingat hal-hal yang “happy”, jangan memberi makan emosi
dengan hal-hal yang negatif. Banyak hal yang aku dapatkan dari buku ini, dan
bukanlah suatu kebetulan aku membacanya dan Tuhan pakai buku ini untuk mengubah
caraku berpikir.
Saat diadakan pertemuan, itu pun
bukan hal yang biasa. Aku belajar sesuatu, mungkin untuk beberapa orang
tidaklah begitu penting tapi aku mau katakan, aku mengerti. Bahwa
gesekan-gesekan antar anak-anak Tuhan itu diperlukan sebagai proses pembentukan
karakter dan buah-buah roh.
Firman Tuhan yang dibagikan saat
ibadah kemarin juga mengatakan untuk mencari yang baik melalui iman. Iman itu
selalu berfokus pada kemungkinan-kemungkinan dan bukan pada masalah, iman itu
selalu bergantung pada kemampuan Tuhan, serta iman itu selalu meminta “gunung”
[Yosua 14:7-8].
Aku berdoa, “Tuhan, biarkan aku
punya hubungan yang semakin intim dengan-Mu dan mampukan aku melewati segala
proses ini. Aku mau belajar untuk me-manage
emosi-emosiku juga. Ajarkan aku untuk dapat memilih prioritas dengan tepat.”
I Pet 5:7 “Serahkanlah
segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu.”
Aku sadar kalau Tuhan masih peduli
dan memperhatikanku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar